Sabtu, 13 Desember 2014

BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH
Pada prinsipnya hampir sebagian besar di negeri ini banyak kasus kasus yang hampir saja hingga detik ini masih sulit terselesaikan, beda halnnya dengan masa masa dimana masa tersebut masyarakat indonesia masih dikatakan sebagai masyarakat tempo dulu yang dimana disetiap permasalahan yang terjadi dikalangan masyarakatnya hampir secara keseluruhan dapat diselesaikan tanpa ada yang dirugikan satu pihak atau pihak yang lainnya. Tentu kita bertanya apa yang salah dengan pemerintah masa kini dan apa yang telah dilakukan oleh orang orang terdahulu kita hingga saja hampir tak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan?
Pada dasarnya sebuah pemerintahan tentulah terikat dengan budaya masing, tapi dewasa kini yang kita rasakan adalah kita terasing di negeri sendiri, berbagai budaya barat diadopsi karena dianggap bahwa mereka lebih canggih dan lebih keren namun pemikiran tersebut sangatlah tidak masuk akal dengan merubah kebiasaan kebiasaan kita hingga kebiasaan kebiasaan baik tersebut hilang.
Mari kita kembali ke beberapa generasi terdahulu, orang orang kita dahulu dalam menyelesaikan persengketaan selalu dengan menggunakan cara musyawarah duduk bersilah melantai dengan alas tikar seadanya dan dengan minuman makanan tradisional. Dengan kearifan dan kebijakan sang ketua adat tidak ada tindakan yang diambil dengan begitu saja tanpa persetujuan petinggi petinggi adat lainnya dan hasil kesepakatan tak ada pihak yang merasa diuntungkan dan tak ada pihak yang merasa dirugikan kemudian dengan prinsip “ Menguatkan yang benar bukan membenarkan yang Kuat”. Sesuatu yang sekarang hampir berubah secara totalitas, coba kita perhatikan pemerintahan kita, apa yang mereka lakukan saat menduduki jabatannya? Jawabnya uanglah yang mereka butuhkan sisanya nama, martabat dan urusan perut dan dibawah perut.
Sebagai contoh perhatikan para anggota DPR dalam merumuskan sesuatu yang hampir tidak ada bedanya dengan para pelawak yang lagi memutar balikan fakta ada juga sebagian yang asyk menggunakan kecanggihan tekhnologi dan yang lebih parahnya lagi tak dipungkiri ada juga sebagian malah asyik tidur tiduran. Yah ini sangatlah manusiawi ketika ada yang tertidur namun coba pikir mereka bisa tertidur pada kondisi itu karena memang kondisi lingkungannya sangatlah mendukung hingga mereka dapat tertidur pulas, dengan ruangan yang megah, berfasilitas AC kursi yang empuk dan dengan makanan dan minuman yang tidak pernah kita kenal sebelumnya.
Sangatlah disayangkan ketika maslah dalam rumah kita sendiri dan tak mampu kita selesaikan sendiri, dan seandainya saja apabila negeri ini tidak terlalu gengsi untuk kembali kebeberapa tahun sebelumnya maka keyakinan tentang kesejahteraan negeri ini bisa kita pastikan. Dan seandainnya penyelesaian permasalahan dilakukan dengan cara yang diajarkan oleh orang orang tua kita terlebih dahulu dengan cara cara yang memang menggambarkan pribadi negeri kita tentulah tidak bakalan ada yang tertidur saat menyelesaikan suatu permasalahan.
Indonesia kini tinggalah nama, entah harus seperti apa cara inilah tentu yang harus kita pikirkan sebagai anak bangsa, sebagai keturunan dari orang orang yang telah berjuang mati matian demi bangsa ini.
Budaya yang hampir hilang yang selanjutnya adalah budaya malu. Kita tidak pernah lagi merasa malu ketika melakukan kesalahan dan bahkan yang lebih parahnya lagi karena kesalahan ini dipamer pamerkan dibangga banggakan kepada orang lain. Tidak malu untuk terlambat, tidak malu untuk menjadi yang terbelakang, tidak malu menjadi negara dengan prioritas negara 5 besar tertinggi tingkat korupsinya dan tidak malu menghilangkan harga dirinya sebagai umat yang beragama.
Dari kutipan singkat ini tak ada maksud lain selain menegur diri saaya secara pribadi yang mungkin hampir telah terlindas termakan zaman daan hampir telah melupakan kearifan kearifan orang tua kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar