ASTRONOMI
1.
TEORI BIG BANG
Dari teori yang telah
dikethui tentang terjadinya alam semesta dengan isyarat Allah dalam Al-Qur'an bahwa
alam semesta tadinya merupakan satu gumpalan, Dia berfirman dalam
surat Al-Ambiya' ayat 30.
Artinya : "Tidakkah orang kafir memperhatikan
bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan) kemudian kami
memisahkannya, kami jadikan air segala sesuatu yang hidup, maka mengapa mereka
tidak juga beriman?"
Al-Qur'an tidak menjelaskan secara detail bagaimana terjadinya
pemisahan itu, namun apa yang dikemukakan di atas tentang perpaduan alam
semesta ini dibenarkan oleh para ilmuan yang telah terkenal dengan teori ledakan
besar atau Big-Bang.
2. PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM ENAM MASA DALAM AL-QUR’AN
Seperti
diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini diciptakan selama 6
masa.
إِنَّ
رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ
الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Artinya :
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy.Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya.Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci
Allah, Tuhan semesta alam.
Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an. Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 :
Artinya :
(27). Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya, (28). Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, (29). dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. (30). Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (31). Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (32). Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (33). (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
Ayat di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:
Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar
yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini
ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu
(dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut , terdiri dari hidrogen. Hidrogen
adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar
dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius,
terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen
yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan
wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan
sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah. Selanjutnya, angin
bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang
mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian
membentuk galaksi . Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam
galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga).
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan
”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta
yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat
makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana
kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka
kismis tersebut pun akan semakin menjauhi.
Mengembangnya alam semesta sebenarnya
adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam
ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan
efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah
mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun. Sedangkan kata ”menyempurnakan”,
menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses
yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus
terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan
mengerut.
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa
Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat
tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya
dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata
surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira
sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di
atas, hanya ukurannya lebih kecil. Seperti halnya matahari, sumber panas dan
semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya.
Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun
mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa
Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini
terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran
sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari
Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.
Masa III hingga Masa IV ini juga
bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya,[i] “Katakanlah:
‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutbagi Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam”.
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan
bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini
menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air. Jadi, darimana
datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika
atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian
bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian
turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah
rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet.
Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen
pada umumnya. Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air
terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di
dalam air.
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung
dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah
penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama.
Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen
Pangaea mulai terpecah. Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah
hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi,
usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi. Jika diurutkan dari
Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan
empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi,
”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.
”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.
Demikianlah penafsiran enam masa
penciptaan alam dalam Al-Qur’an, sejak kemunculan alam semesta hingga
terciptanya manusia.
3.
TEORI HUBBLE DALAM AL-QUR’AN
Edwin
Hubble menetapkan teori bahwa : Galaksi-galaksi di alam semesta
ini semuanya bergerak menjauhi pusat alam semesta dengan kecepatan yang sangat
tinggi atau dapat dikatakan bahwa alam semesta ini mengembang kesegala arah.
Dalam Al
Qur'an, yang diturunkan 14
abad silam di
saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut
ini: Q.S
Adz-Dzariyat:47
وَالسَّمَاءَ
بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya
Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata "langit",
sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al-Qur'an dengan makna luar angkasa
dan alam semesta.Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain,
dalam AlQur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau
mengembang". Dan inilah yangkesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa
kini.
Hingga awal abad ke-20,
satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah
bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan,
dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta
sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Pada awal abad ke-20,
fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George
Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta
senantiasa bergerak dan mengembang.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara Fakta
ini dibuktikan juga dengan menggunakan
data pengamatan terus-menerus pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan
teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa
bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Sebuah alam peristiwa
mengembangnya semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu
sama lain, berarti bahwa
alam semesta tersebut
terus-menerus "mengembang" Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun
berikutnya memperkokoh fakta
bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam
Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al-Qur'an
adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
4.
TEORI
G.P KUIPER
Pada tahun 1950 G.P Kuiper mengajukan teori
berdasarkan keadaan yang ditemui di luar
tata surya dan menyuarakan penyempurnaan atas teori teori yang telah
dikemukakan yang mengandaikan bahwa matahari serta semua planet berasal dari
gas purba yang ada di ruang angkasa, pada saat ini, terdapat banyak kabut dan
gas dan diantara gas dan diantara kabut terlihat dalam proses melahiran
bintang. Kabut gas yang tipis tpis di ruang angkasa itu, karena gaya tarik
gravitasi antar molekul dalam kabut itu, lambat laun memampatkan diri menjadi
massa yang semakin lama semakn padat. Pemadatan ini dimungkinkan oleh sifat gas
semacam itu yang selalu terjadi gerakan. Gerakan itu semakin lama menjadi
gerakan berPutar yang memipihkan dan memadatkan gas kabut itu. Satu atau dua
gumpalan materi memadat di tengah
(Matahari) sedangkan gumpalan yang kecil akan melesat dilingkungan
sekitarnya (planet).
Maka disinilah letak perbandingan konsepsi fisika tentang
penciptaan alam dengan ajaran yang ada didalam Al-Qur'an.
QS Fushshilat : 11 Allah berfirman:
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا
وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
Artinya:
Kemudian Dia menuju langit
dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada
bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
5. KONSEPSI ALAM SEMESTA NEWTON
perkembangan ilmu kimiawi yang sejak lama mengkaji
proses-proses kimiawi mengajarkan bahwa dalam reaksi yang bagimanapun materi
itu kekal. Maka bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa konsepsi Newton itu adalah
besarnya alam semesta tidak terhingga dan materinya tidak akan pernah tiada,
eksistensi alam ini juga tidak terhingga lamanya.
Konsepsi Newton ini telah menghancurkan konsepsi kuno
yang menganggap bahwa alam ini dikelilingi oleh bola langit yang raksasa tempat
menempelnya bintang-bintang. Namun, konsepsi Newton bertentangan dengan
kenyataan observasi abad ke-20, serta ajaran Agama yang menyatakan bahwa alam
semesta tidak kekal, dan diciptakan Tuhan pada saat tertentu. Konsepsi kuno itu
pun juga salah bahwa bola langit yang dipercayai keberadaannya tidak berkembang
atau tidak meluas itu bertentangan dengan Al-Qur'an surat Adz-Zaariyaat ayat
47. karena memang janggal kalu semua bintang-bintang berada dipermukaan bola
langit. Ayat ini pula yang membantah konsepsi Newton tentang tidak terhingga
alam semesta, sebab sesuatu yang tidak terhingga besarnya seperti alam konsepsi
Newton, tidak dapat dibesarkan atau diluaskan lagi begitu pula tentang
kekekalan alam semesta tersebut. Ia dibantah oleh Al-Qur'an yang menjelaskan
scenario hancurnya alam semesta dalam surat Al-Anbiya', ayat : 104 :
"Pada Hari kami gulung ruang waktu (alam semesta)
laksana menggulung lembaran tulis, sebagaimana kami telah memulai awal
penciptaan, itulah janji yang akan kami tepati, sesungguhnya kamilah yang akan
melaksanakannya".
Disitulah sebenarnya arti dari kata kalimat yang akan
terjadi pada waktu yang Allah tentukan, dan itu pun terjadi secara rahasia, dan
tiba-tiba, serta waktunya sudah dekat. Seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'an
surat Al-Mu'min ayat : 59 yaitu
"Sesungguhnya
hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi
kebanyakan manusia tidak beriman (mempercayainya)".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar